Perjalanan
Hidup lewat Sekitarku
Sekian lama tinggal di desa ini mulai dari umurku
yang berusia 5 tahun hingga 19 tahun ini, aku merasakan banyak perubahan. Dari
mulai kelahiranku yang tepat di kampungku, Palembang, lalu pindah ke kontrakan
3 petak yang sumpek nan panas yang berada di daerah Tangerang Kota, dan kini
menemukan gubuk yang sering ku katakana sebagai rumahku, istanaku. Sejak di
Palembang aku hanya numpang lahir saja. Karna masih di kampung yang sering
disebut dusun itu, aku hanya dilahirkan seorang dukun yang mahir dalam hal
melahirkan, mereka bilang ketika aku lahir aku tidak mengeluarkan suara dan
tidak menangis. Lalu dengan dukun di sana aku diambilkan daun kelor untuk
memukuliku supaya aku dapat menangis. Menurut kepercayaan orang sana ketika
anak diberi nama tapi anak itu sakit-sakitan anak itu harus diganti namanya,
namun mungkin ketika harusnya demikian orangtua ku mengganti nama ku. Aku lahir
sebagai anak pertama dari 3 bersaudara, namun ketika mama ku mengandung anak
keduanya, mungkin ia merasa kelelahan jadi dia mengalami keguguran. Selang
waktu beberapa bulan mama ku mengandung lagi dan melahirkan adik ku perempuan. Waktu
aku masih kecil, aku pernah tinggal di Palembang, disana masih banyak sekali
pohon-pohon dan hutan yang jalannya pun belum jelas, yang pasti masih tanah
merah. Kakek dan nenek ku telah di transmigrasi dari jawa timur tepatnya di
Malang dan nenek ku dari Madura. Banyak lahan kosong, namun suasananya
mencekam, banyak yang takut di ganggu oleh orang asli sana. Air pun masih
bening sekali, namun sayangnya ketika ingin membuang air besar kam tidak
memiliki wc, jadi harus ke sungai, dan di sungai itu pun banyak sekali orang yang
mencuci dan mengambil air untuk memasak. Ketika aku berumur 1 tahun aku di ajak
ke Malang dengan kedua orangtuaku, aku di ajak melihat gunung kawi, walaupun
aku masih belum mengerti, dan hanya mendengar cerita dari orangtua ku
setidaknya aku masih punya gambaran yang baik, kata mereka disana keadaannya
baik sekali, banyak sawah yang membentang, airnya sangat dingin begitupun
hawanya, tidak banyak polusi diudara. Aliran air dari sawah pun masih baik
sekali. Setiap rumah pemandangannya seperti gambar-gambar yang sering di gambar
oleh anak-anak di waktu sd, ada gunung dan sawah yang membentang.
Saat aku berumur 3 tahun aku masih tinggal di daerah
Kota Tangerang lebih tepatnya di Jatake, suasana disana sangat banyak polusi,
karena disana tempat industry. Banyak asap disana sini, aku tinggal di
kontrakan 3 petak yang kumuh, namun disana ku temukan para tetangga yang baik
hati dan saling menolong. Tidak enaknya disana aku harus menunggu giliran
ketika harus memakai kamar mandi atau toilet karena kamar mandi hanya ada dua,
namun aa 6 kontrakan di kali jumblah kepala di per kontrakan itu. Kamar
mandinya pun kotor, air nya banyak sekali jentik nyamuk. Tidak ada orang yang
mau bekerja sama membersihkan tempat penampungan airnya, ataupun tempat
pembuangan feses. Airnya sangat minim sekali, untuk mencuci saja harus mengirit
kalau tidak terpaksa harus membeli air dari orang yang berkeliling menjual air
dengan gerobak dan drigen-drigen. Untuk lingkungannya sendiri memang tidak
begitu rapih karena di perkomplekan industry, banyak asap pabrik yang sering
terbuang di udara dan menyebar ke udara di sekitar kontrakan. Banyak juga asap
kendaraan bermotor, mobil, karna disitu adalah jalur utama angkot, motor, dan
mobil yang akan berangkat mengantar karyawan ke pabrik dimana mereka bekerja.
Ketika hujan sering sekali banjir, karena banyak sekali sungai yang airnya
mengaliri selokan-selokan kecil, sungai tersebut airnya berasal dari
pablik-pabrik yang membuang limbah ke sungai itu. Air nya pun sampai hitam, dan
berbentuk kental. Tidak ada orang yang bertanggung jawab, ataupun mau berotong
royong membersihkan itu, mereka sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing.
Ketika aku berumur 5 tahun aku disekolahkan di Taman
Kanak-kanak di perumahan dekat kontrakan, suasanya baik disbanding di
kontrakan. Masih banyak lahan kosong, namun jarang ada sampah, dan saluran
airnya pun di buat rapih sehingga tidak ada polusi udara yang mengganggu,
lingkungannya masih asri sekali, tidak ada debu, karna yang hanya bisa masuk,
orang yang tinggal di perumahan disana saja dan bukan jalan umum. Masih banyak
tanah merah karena belum di tanami rerumputan, hanya banyak lapangan-lapangan
luas untuk tempat bermain. Jalannya pun masih aspal banyak yang memanfaatkan
tempat itu untuk lari pagi. Jarang sekali ada orang yang berjualan, karena
mayoritas semua pekerja di pabrik-pabrik sana.
Masih banyak sekali kampung-kampung kecil namun
sangat kumuh dan membuat rumah diatas sungai kecil yang tidak memiliki badan
hukum.
Umurku bertambah 1 tahun akhirnya aku sudah menduduki
tingkat Sekolah Dasar aku pindah ke Sd Strada Tunas Harapan yang letaknya tidak
jauh dari rumah tempat tinggal ku yang berada di Tigaraksa. Aku tinggal bersama
kedua orangtuaku di komplek ya masih bisa di bilang perkampungan karna jauh
dari mall atau tempat wisata mana saja. Sekian lama aku tinggal disini banyak
sekali mengalami perubahan, misalnya saja dari jalan, dulu waktu aku baru
pindah jalanan masih tanah merah, lalu beberapa tahun kemudian menjadi
batu-batuan yang besar-besar, selang beberapa waktu lagi jalanan telah di aspal
dan banyak jalan-jalan kecil sehingga membentuk banyak jalan untuk kemana saja.
Dan baru akhir-akhir ini jalanan didekat rumah ku sudah di cor, sayangnya truk
sering masuk sehingga membuat jalan cepat rusak. Masih terdapat sawah-sawah
disekitar sini, masih ada yang memelihara hewan ternak, seperti kambing,
kerbau, sapi bebek, ayam ada juga yang memelihara buaya, burung, anjing, atau
pun babi. Memang sangat banyak budaya yang berbeda-beda mulai dari
jawa,Sumatra,sunda, betawi, cina, Kalimantan, Sulawesi, flores, dan masih
banyak lagi. Semuanya hidup rukun walau kadang masih sering banyak yang iri
antara satu sama lain, karena kedudukan di tempat kerja. Agama pun beragam, ada
yang Muslim, Kristen, Katolik, Buddha dan juga Hindu. Pekerjaannya pun beragam,
mulai dari PNs, Guru, TNI, Polisi, Karyawan, Wiraswasta, dan Pekerja rumah
tangga, ada pun ibu rumah tangga. Ketika aku masih berumur tujuh tahun aku
tinggal di tempat yang sepi sekali. Sering terjadi kemalingan karena saking
sepinya. Namun dengan berjalannya waktu semua sudah berbeda, mulai dari tempat
dan lahan-lahan disini, yang tadinya masih sepi sekarang sudah mulai ramai
dengan adanya penggusuran sawah yang telah dijadikan perumahan-perumahan baru.
Memang bagus namun truk-truk pun semakin rama dan membuat jalanan rusak,
seperti truk yang membawa tanah merah, lalu menyisakan tanah merah itu di
jalanan sehingga lengket dan tidak ada orang yang mau membersihkannya juga
sehingga jalan menjadi kotor dan menjadi bebatu-batu. Ketika musim hujan tanah
merah itu menjadi tanah merah yang lengket sehingga membuat jalanan menjadi
kotor, lengket, dan licin. Apalagi kalau orang yang melewatinya pada malam
hari, kalau tidak hati-hati pasti akan jatuh.
Saat umurku berusia 12 tahun semua keadaan
lingkungan sedikit-sedikit ada perbedaan dari yang perairannya baik dan selalu
lancar menjadi air yang keruh dan selalu mampet ketika hujan tiba bajir selalu
melanda. Untungnya aku tinggal di daerah yang tinggi dan tidak pernah
kebanjiran. Air banjirnya memang aliran dari sawah yang berada di tempat atau
dataran tingginya. Walau masih bisa dikatakan air yang baik, dan tidak dicampur
oleh sampah atau limbah.
Ketika aku berumur 15 tahun, keadaannya semakin
memburuk, tidak ada kerja bakti, gotong royong atau bekerja membersihkan sampah
di sekitar rumah ku. Mereka sibuk dengan pekerjaan masing masing, selokan pun
sekarang tertutup oleh bangunan-bangunan. Air kotor dari kamar mandi hanya
mengalir ke kolam yang terisi ikan di belakang rumah masing-masing, ada juga yang
mengalirkan air-ait tersebut ke kebun di sekitar rumah. Sampai sekarang
keadaannya pun demikian sampah berserakan dimana-mana banyak penebangan liar,
sawah-sawah dijadikan perumahan kecil yang sebenarnya akan membuat banjir di
lingkungan sekitar. Untuk masalah air yang berada di rumahku airnya memang
bersih dan dapat digunakan untuk dimasak atau diminum, namun ketika musim hujan
tiba, air menjadi kotor atau keruh sehingga harus menunggu beberapa menit
supaya keruhan tersimpan dibawah air. Masih banyak kekurangan yang ada untuk
sekarang-sekarang ini karena lingkungan tempat tinggal saat ini berdampak buruk
bagi orang-orang yang tinggal ditempat itu dikarenakan tempat itu tercemar oleh
kotoran-
kotoran
hewan ternak seperti kambing, sapi, bebek, dan juga ayam. Seharusnya memang
mereka waspada terhadap itu semua namun anehnya mereka tidak sadar akan aroma
yang membuat tidak sedap. Malahan mereka membuang kotoran ke kebun-kebun,
membuangngya hanya dibuang atau tidak ditimbun ataupun diolah menjadi pupuk
tanaman. Padahal yang punya ternak disitu adalah seorang tenaga kesehatan,
mungkin tidak mempelajari tentang kesling, tetapi pasti mereka mengetahui
tentang pola hidup sehat disetiap lingkungan. Orangnya memang keras kepala,
maklum saja orang yang mempunyai pangkat. Memang memalukan namun setidaknya dia
harus bisa mengerti dan menyeimbangkan antara kebersihan dan kesehatan.
Seharusnya itu boleh saja membuat kandang ternak namun seharusnya ada batas dan
jarak yang cukup supaya tidak merisaukan wargga disekitar ya anggap saja
kampung. Namun masih diakui suasananya pun masih desa sekali yang jauh terhadap
keramaian. Masih banyak sekali cerita tentang lingkungan di sekitar rumah ku
ini, yang kurang lebihnya masih tidak baik karena kekurangan-kekurangan tersebut
dimiliki oleh setiap makhluk hidup yang kurang bisa menjaga dan merawat
lingkungan hidup di sekitar. Memang belum ada solusi yang tepat untuk membangun
desa kami menjadi lebih baik kecuali penggerak, yang mempunyai akal kreatif,
dan semoga kelak saya belajar dan lulus nanti saya bisa membagi ilmu saya kepada
warga masyarakat di lingkungan tempat saya tinggal. Kurang lebihnya saya mohon
maaf untuk menceritakan keburukan yang berada di wilayah tempat tinggal saya,
akhir kata saya mengucapkan terima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar