Minggu, 28 Desember 2014

D3-sekmed-2014-Gita Suryani:Tugas 1 Lingkungan Sekitarku


Tugas 1 Lingkungan Sekitar Gita Suryani
Cerita Lingkunganku, 18 tahun Bersamaku
Tepat 17 tahun sudah aku tinggal di Pamulang, tempat tinggalku yang sekarang. Sebelumnya aku terlahir di Jakarta, 5 januari 1996 dan tinggal selama setahun disana, tepatnya di Cipete-Jakarta Selatan. Namun setelah 1 tahun, aku beserta keluarga pindah dan menetap di Pondok Benda-Pamulang hingga sekarang.
Aku terlahir dalam keluarga kristen. Buah cinta kedua orangtuaku menghasilkan tiga orang anak, 2 laki-laki dan 1 perempuan. Aku anak kedua dari tiga bersaudara. Kakakku berusia 22 tahun dan saat ini sedang menjalani kuliahnya di semester tingkat akhir jurusan S1 Manajemen, sedangkan adikku yang usianya hanya terpaut satu tahun dariku yaitu 17 tahun saat ini masih duduk di bangku SMA kelas XII IPS. 
Beranjak usiaku yang saat ini sudah menginjak usia 18 tahun, sudah banyak perubahan yang terjadi di lingkungan tempat di mana aku tinggal. Mulai dari jumlah tempat tinggal yang ada di sekitar rumahku, kondisi lingkungannya serta keadaan-keadaan lain yang telah mengalami perubahan.
Aku akan menceritakan pengalaman yang telah terjadi selama 17 tahun aku tinggal di Pamulang.
Dulu, disaat pertama kali aku bersama dengan keluarga pindah, lingkungan di sekitaran rumahku masih sangat sepi. Hanya ada 3 rumah saja, yaitu rumahku dan dua rumah lain yang hingga saat ini masih menjadi tetanggaku. Rumahku terletak paling pojok diantara rumah tetangga yang lain. Kebun-kebun milik orang lain yang berada di sebelah kiri dan belakang rumahku menjadi pemandangan sehari-hari selama berada di rumah. Kebun tersebut dulunya tidak lebat, banyak rumput alang-alang dan bunga bakung yang indah tumbuh di kebun itu sehingga seringkali aku bersama papa dan kedua saudaraku bermain bersama diwaktu sore hari.





Ini foto saat kami bermain di kebun belakang rumah


Di depan rumah juga terdapat kebun, tapi yang dimaksudkan adalah kebun anggrek. Kebun tersebut milik orang lain juga. Ketika musim bunga anggrek tiba, banyak sekali bunga anggrek yang tumbuh dengan indah menghiasi pandangan kami ketika sedang berada di luar rumah.
Ini fotoku bersama kakak, di belakang kami kebun anggrek

Saat itu di depan rumah dibuatkan sebuah saung kecil oleh papa yang gunanya untuk tempat kami main dan berkumpul, tepatnya dekat dengan kebun anggrek. Di saung itu, banyak teman papa yang datang hanya untuk main atau hanya sekedar pinjam gitar untuk menghilangkan penat. Sehingga kedatangan teman-teman papahku itu membuatku sangat tidak suka karena dulu ketika kecil aku sama sekali tidak suka musik, apalagi musik itu berbunyi sangat keras. Seperti suara gitar, suara radio dan suara-suara alat musik lain yang dimainkan di dekatku, aku segera menghindar dan sesekali menyuruh orang tersebut untuk tidak memainkannya. Namun semakin bertambah usia, aku semakin belajar untuk membiasakan diri mendengarkan musik, khususnya alat musik seperti gitar dan suling dan hingga saat ini aku bersyukur karena aku sudah tidak takut lagi ketika ada suara alat musik tersebut, justru sekarang aku sangat senang mendengarkan musik. Selain itu, aku seseorang yang tidak suka makanan yang terlalu pedas. Makanan atau minuman yang terlalu manis pun aku tidak terlalu menyukainya, karena aku tahu kalau aku sudah terlihat manis sehingga aku tidak perlu mengonsumsi sesuatu yang terlalu manis. Hehehe A
            Aku akan melanjutkan kembali ceritaku.
Dulu karena suasana lingkungan rumah yang sangat sepi, tak jarang ketika malam hari terdengar suara-suara yang menyeramkan seperti suara wanita tertawa yang berasal dari kebun belakang rumah sampai pernah terdengar suara orang mandi di kamar mandi rumah. Namun suara itu seakan seperti sudah kebiasaan sehingga kami tidak terlalu takut dengan suara-suara tersebut.
Masa kecil memang takkan bisa terulang lagi. Waktu-waktu indah yang pernah terjadi tidak dapat diputar kembali. Aku sangat merindukan saat-saat dimana aku dan teman-teman di rumah bermain bersama dengan riang. Bermain masak-masakkan yang menjadi permainan favorit kami, lompat tali, petak umpet dan permainan tradisional lainnya yang menjadi kegiatan sehari-hari kami ketika bersama. Namun semuanya mulai berkurang ketika kami sudah memasuki sekolah.
Pada saat usiaku 5 tahun lebih, temanku yang usianya terpaut satu tahun diatasku telah memasuki masa sekolah di salah satu sekolah dasar negeri. Ketika aku mengetahuinya, aku sangat ingin sekali untuk bisa sekolah seperti temanku itu. Tapi karena usiaku belum cukup dan aku tidak ingin masuk TK, aku hanya belajar menulis, membaca dan menghitung di rumah yang ditemani oleh mamaku. Karena orang tuaku melihat keinginanku untuk segera bersekolah dengan mau belajar di rumah, akhirnya mereka mendaftarkanku di salah satu sekolah dasar negeri tempat dimana temanku bersekolah. Sebenarnya dari pihak sekolah yang dituju belum mengizinkanku untuk bisa menjadi salah satu siswinya karena usiaku yang belum genap 6 tahun, akan tetapi pada akhirnya aku diizinkan bisa sekolah dan menjadi salah satu siswi di sekolah dasar tersebut. Aku sungguh senang karena aku dapat masuk SD di usia 5 tahun, selalu masuk peringkat tiga besar dan dapat menyelesaikannya dengan tepat waktu, yaitu selama 6 tahun J.
Masa SMP pun datang. Aku masuk di salah satu SMP Negeri, yaitu SMPN 17 Tangerang Selatan. Selama SMP, aku sangat senang karena mendapat teman-teman yang asyik, seru dan membuatku tidak bosan selama berada di sekolah. Memiliki teman-teman yang akrab memang sangat menyenangkan. Selama tiga tahun di SMP memberikan banyak kenangan yang menyenangkan.
3 tahun kemudian....
Aku memasuki masa SMA, dimana banyak orang bilang bahwa masa SMA adalah masa yang paling indah. Dan akupun merasakannya. Awalnya aku sangat takut akan dunia SMA karena aku merasa kalau waktu terasa sangat cepat dan di SMA ini pasti akan lebih sulit dari masa-masa sekolah sebeumnya. Akan tetapi aku sangat menikmati setiap proses yang dijalani selama tiga tahun bersekolah di SMAN 6 Tangerang Selatan.
Awal kelas X, aku masih menjadi sosok yang pendiam dan jarang menegur orang yang baru kenal. Namun lambat laun aku menemukan beberapa teman akrab di kelas. Kami ber-9, 4 laki-laki dan sisanya perempuan selalu ngobrol bersama, bercanda dan tertawa di setiap kami berkumpul. Apalagi kalau ada tugas kelompok, kami selalu berdiskusi bersama dengan menjajarkan meje-meja dan kursi kami seperti sebuah meja rapat. Guru pengajar dan teman-teman di kelas yang melihat kami sangat heran ketika melihat kami duduk melingkar seperti sedang mengadakan konferensi. Bahkan sampai ada teman yang menyebutnya dengan konferensi meja kotak. Selama setahun kami jalani dengan senang, sampai pada akhirnya ketika kenaikan kelas beberapa dari kami harus berpisah karena sudah memasuki penjurusan di tingkat yang lebih tinggi di kelas XI. Kami masuk di jurusan yang sama yaitu program IPA, tetapi hanya saja tidak sekelas.
Di kelas XI dan XII aku ditempatkan di kelas IPA 1, selama dua tahun berturut-turut aku bersama teman-teman sekelas tidak berpisah lagi. Selama dua tahun kami merasakan sukacita yang luar bisa ketika bersama, tertawa, ngobrol, mengadakan acara kumpul di malam hari, belajar bersama dan masih banyak kegiatan lain yang mengisahkan banyak kenangan yang sampai saat ini tidak dapat dilupakan. Suasana kekeluargaan dan solidaritas yang kami rasakan membuat kami ingin mengulangnya kembali. Terlebih ketika kami berada di kelas XII, dimana pada saat itu aku memiliki banyak kenangan indah karena hubungan kami yang sudah terlalu dekat dan memasuki zona nyaman. Banyak kelakuan teman-teman IPA 1 yang membuatku merindukan mereka  ketika mengingatnya.
Dulu waktu di bangku kelas XII, aku bersama teman-teman sudah mulai serius karena kami akan menghadapi ujian nasional yang mana ujian tersebut akan menentukan kami lulus atau tidak. Pemantapan soal-soal ujian yang kami ikuti setiap jam 6 pagi yang diadakan oleh sekolah sampai belajar bersama setiap pulang sekolah untuk membahas soal-soal yang menjadi prediksi di dalam ujian nasional kami lakukan. Akan tetapi, keseriusan tersebut tidak membuat kami berhenti untuk melakukan hal-hal konyol. Seperti bermain kartu uno di kelas ketika tidak ada jam belajar, bercanda dengan lawakan, buat video lucu dan masih banyak lagi ha-hal yang kami buat untuk menghilangkan penat kami. Kelasku merupakan kelas yang paling berisik diantara kelas IPA lain, bahkan di cap sebagai kelas yang susah diatur. Namun guru-guru sangat salut dengan kelas kami karena solidaritas dan kekeluargaan yang tinggi dari kelas yang lain. Apalagi letak kelasku  berada di paling ujung dan di sampingnya terdapat halaman yang luas dan bersih yang kami anggap sebagai tempat yang sangat strategis untuk dijadikan tempat nongkrong anak kelas lain. Setiap istirahat kami selalu duduk di sana untuk kumpul, ngobrol dan bahkan makan siang bersama. Kami selalu menikmati setiap kondisi di kelas, khususnya ketika tidak ada guru yang masuk karena berhalangan hadir. Kondisi itu kami anggap sangat menyenangkan karena kami dapat bermain sepuasnya di luar kelas sambil bernyanyi, canda tawa dan melakukan aktivitas seru yang lain. Seringkali kami mendapat teguran dari guru-guru lain atas tindakan yang kami lakukan, namun teguran tersebut kadang tak kami hiraukan. Namun dibalik kenakalan kami, banyak hal positif yang kami lakukan seperti pada satu kejadian di waktu awal bulan Januari dimana kami sudah mulai mengahadapi try out, kami mendapat kabar bahwa salah satu teman kami mengalami kecelakaan. Namanya Arsyad, dia mengalami luka parah dan terbaring koma di ruang ICU salah satu Rumah Sakit Swasta. Kami pun berniat untuk membantu orang tuanya dengan mengumpulkan sumbangan dari setiap kelas untuk mengurangi beban biaya dan mengadakan doa bersama agar dirinya cepat sembuh. Sebulan kemudian, kondisi Arsyad membaik dan sudah dapat mengikuti pelajaran meskipun tidak penuh. Daya memorinya yang mengalami gangguan, membuat kami bekerjasama untuk membantunya mengingat kembali semua yang pernah kami alami bersama. Dan akhirnya ingatannya pulih kembali meskipun tidak seutuhnya.
Ujian nasional pun tiba, perasaan deg-degan sesekali membuatku dan teman-teman merasa pesimis akan ujian yang kami hadapi. Hasil try out yang kurang memuaskan membuat kami semakin rajin untuk belajar dan memberikan yang terbaik. Enam mata pelajaran yang diujikan dapat kami kerjakan dengan baik di hari pertama sampai hari terakhir UN.
Detik-detik pengumuman kelulusan pun tiba, akhirnya kami dapat lulus dengan hasil yang memuaskan dan kami mulai sibuk dengan urusan kami masing-masing untuk menentukan perguruan tinggi yang kami tuju.
Akhirnya Aku pun lulus dan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, yaitu masuk ke dunia perkuliahan. Aku sangat senang sekaligus takut karena aku merasa bahwa aku semakin dewasa dan harus memberikan yang terbaik untuk kedua orang tuaku. Aku tak menyangka kalau pada akhirnya aku masuk di jurusan Kesehatan Masyarakat. Awalnya aku ingin sekali masuk jurusan Psikologi karena aku sangat senang mengamati dan memperhatikan karakter dan perilaku setiap orang yang ada di sekitarku, namun entah mengapa setelah mengerjakan satu tugas makalah tentang Kesehatan Masyarakat ketika masih duduk di kelas XI SMA, aku menjadi tertarik dan sangat menginginkan untuk masuk di jurusan Kesehan Masyarakat ketika kuliah nanti. Dan akhirnya keinginanku pun terwujudkan, aku diterima di Jurusan Kesehatan Masyarakat di salah satu Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan.
September 2013 merupakan awal ku memasuki dunia perkuliahan dan menyandang status baru sebagai seorang mahasiswi. Mengikuti beberapa mata kuliah yang mempelajari tentang kesehatan dan anatomi tubuh dapat ku ikuti dengan baik karena ketika SMA aku berasal dari program IPA, sehingga aku sedikit mengetahui dan mengenal istilah-istilah yang terdapat dalam materi perkuliahanku. Aku sangat senang karena mendapatkan teman-teman baru dari berbagai sekolah yang berbeda watak dan karakternya, namun memiliki satu tujuan yang sama yaitu menjadi Sarjana Kesehatan Masyarakat dan aku bangga menjadi salah satu bagian dari organisasi kesehatan yang memiliki misi untuk mengajak orang-orang di sekitar kami untuk melakukan gaya hidup sehat agar terhindar dari terjadinya penyebaran penyakit yang tidak diinginkan .
Setahun sudah kulewati menjadi seorang mahasiswi, dan aku sangat menikmati setiap proses yang terjadi selama kuliah. Suka dan duka bersama dengan teman-teman yang sangat kusayangi membuat setiap hari yang kami jalani menjadi lebih berwarna. Beberapa teman terdekat yang membuatku selalu tersenyum dan tertawa disetiap pertemuan, setiap obrolan yang terucap, serta canda dan tawa yang terdengar membuat kami merasa bahwa kami saling membutuhkan seperti sebuah istilah dalam biologi yaitu simbiosis mutualisme.
Saat ini aku duduk di semester 3, dimana pada semester ini kami sudah mulai serius untuk setiap mata kuliah yang kami pelajari untuk bekal ketika kami praktek nanti. Mata kuliah yang semakin menjurus ke dalam kesehatan secara menyeluruh membuatku semakin mengerti akan pentingnya kesehatan. Baik dalam kesehatan diri pribadi maupun kesehatan lingkungan tempat dimana kita berada. Apalagi di semester ini ada mata kuliah Kesehatan Lingkungan yang dipelajari. Di dalam mata kuliah tersebut, aku dapat belajar mengenal persyaratan air yang sehat, membedakan jenis-jenis sampah dan cara mengelolanya serta masih banyak lagi. Mata kuliah ini sangat seru dan membuatku tertarik untuk mempelajarinya. (bukan maksudku untuk bersilat yaaa I hehehe)
Belajar kesehatan lingkungan mengingatkanku untuk melanjutkan cerita tentang lingkungan di sekitarku karena tadi sebelumnya aku menceritakan cerita pribadiku C.
Back to topic....
Bicara tentang kesehatan lingkungan, menurutku lingkungan sekitaran rumahku masih belum memenuhi standar lingkungan yang sehat. Sampah yang masih berserakkan sembarangan di kebun sekitar rumah yang menjadi alasan utamanya membuat pemandangan sudah tak indah lagi seperti dulu. Meskipun sudah dibuatkan tempat sampah khusus, masih saja tetangga yang nakal dan kurang bertanggungjawab yang masih membuang sampah seenaknya. Padahal mereka sudah mengetahui dampak dari membuang sampah sembarangan dapat menyebabkan banjir dan menjadi sarang penyebaran penyakit yang ditularkan oleh nyamuk.
Kalau membahas tentang air yang sehat, aku bersyukur kalau air yang sering disebut sebagai sumber kehidupan itu tidak pernah aku dan keluarga mengalami kekurangan. Sumber air di rumahku sangat bagus dan jernih, bahkan memenuhi syarat air yang sehat seperti tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna. Airnya juga sangat segar apabila digunakan untuk mandi. Ketika di daerah lain sedang mengalami kekeringan, justru rumahku menjadi tempat pengungsian mandi saudaraku yang sedang mengalami krisis air. Mereka menumpang mandi dan meminta air untuk diisikan ke dalam beberapa galon yang sudah disiapkan untuk persediaan air di rumahnya. Alasan mengapa Kami tidak pernah mengalami kekurangan air adalah karena di kebun dekat rumah banyak pohon besar yang tumbuh sehingga resapan air yang dilakukan oleh pohon-pohon tersebut sangat banyak dan apabila dipakai untuk kebutuhan sehari-hari dapat mengalir dengan deras.
Suatu kondisi yang paling kusukai adalah ketika setelah hujan turun, karena selain ada pelangi sehabis hujan, suasana di rumah juga seperti di daerah pegunungan. Kalau kalian ingin tahu, Rumahku bukan berada di daerah perumahan, melainkan masuk ke dalam perkampungan yang ramah sapaan. Udara yang sangat sejuk ketika di pagi dan malam hari membuatku betah untuk tidur dan bermalas-malasan di rumah C. Hehehe
Selain itu, suara katak dan jangkrik yang saling bersautan menambah kesyahduan malam yang membuatku nyaman untuk menikmatinya setiap sehabis hujan.

            Membahas tentang kesehatan, khususnya kesehatan lingkungan membuatku belajar untuk menjaga lingkungan tempat dimanapun kuberada agar menjadi lebih baik dan sehat. Di rumah, orang tuaku mengajarkan kami untuk selalu rapi dalam melakukan segala sesuatu, membuang sampah pada tempatnya, membersihkan dan membereskan kembali benda-benda yang telah dipakai, sikat gigi sebelum tidur bahkan mencuci tangan sebelum makan dan mencuci kaki sehabis berpergian merupakan langkah kecil yang selalu kami terapkan dalam kehidupan sehari-hari kami. Kegiatan tersebut adalah hal sederhana yang sangat mudah dilakukan untuk menjadikan suatu kebiasaan untuk hidup bersih.
Tidak hanya di rumah, selama sekolah pun aku diajarkan untuk membuang sampah pada tempatnya. Bahkan sekarang sudah kuliah di sekolah kesehatan seharusnya kita lebih menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Oiya, sekarang di sekitar rumahku sudah banyak rumah lagi loh. Jadi sekarang di lingkungan rumahku sudah tidak sepi lagi dan tidak pernah terdengar lagi suara-suara aneh yang menakutkan.
            Sekian dulu yaa ceritaku tentang lingkungan dan sedikit cerita pribadi yang kupaparkan tadi. Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisannya, kritik dan saran dari teman-teman pembaca akan kuterima dengan baik. Nah, ini ceritaku.. mana ceritamu????? J

By,
Gita Suryani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar