Cerita
Lingkunganku, 18 tahun Bersamaku
Tepat
17 tahun sudah aku tinggal di Pamulang, tempat tinggalku yang sekarang.
Sebelumnya aku terlahir di Jakarta, 5 januari 1996 dan tinggal selama setahun
disana, tepatnya di Cipete-Jakarta Selatan. Namun setelah 1 tahun, aku beserta
keluarga pindah dan menetap di Pondok Benda-Pamulang hingga sekarang.
Aku
terlahir dalam keluarga kristen. Buah cinta kedua orangtuaku menghasilkan tiga
orang anak, 2 laki-laki dan 1 perempuan. Aku anak kedua dari tiga bersaudara.
Kakakku berusia 22 tahun dan saat ini sedang menjalani kuliahnya di semester
tingkat akhir jurusan S1 Manajemen, sedangkan adikku yang usianya hanya terpaut
satu tahun dariku yaitu 17 tahun saat ini masih duduk di bangku SMA kelas XII
IPS.
Beranjak
usiaku yang saat ini sudah menginjak usia 18 tahun, sudah banyak perubahan yang
terjadi di lingkungan tempat di mana aku tinggal. Mulai dari jumlah tempat
tinggal yang ada di sekitar rumahku, kondisi lingkungannya serta keadaan-keadaan
lain yang telah mengalami perubahan.
Aku
akan menceritakan pengalaman yang telah terjadi selama 17 tahun aku tinggal di
Pamulang.
Dulu,
disaat pertama kali aku bersama dengan keluarga pindah, lingkungan di sekitaran
rumahku masih sangat sepi. Hanya ada 3 rumah saja, yaitu rumahku dan dua rumah
lain yang hingga saat ini masih menjadi tetanggaku. Rumahku terletak paling
pojok diantara rumah tetangga yang lain. Kebun-kebun milik orang lain yang
berada di sebelah kiri dan belakang rumahku menjadi pemandangan sehari-hari
selama berada di rumah. Kebun tersebut dulunya tidak lebat, banyak rumput
alang-alang dan bunga bakung yang indah tumbuh di kebun itu sehingga seringkali
aku bersama papa dan kedua saudaraku bermain bersama diwaktu sore hari.
Ini
foto saat kami bermain di kebun belakang rumah
Di
depan rumah juga terdapat kebun, tapi yang dimaksudkan adalah kebun anggrek.
Kebun tersebut milik orang lain juga. Ketika musim bunga anggrek tiba, banyak
sekali bunga anggrek yang tumbuh dengan indah menghiasi pandangan kami ketika
sedang berada di luar rumah.
Ini
fotoku bersama kakak, di belakang kami kebun anggrek
Saat
itu di depan rumah dibuatkan sebuah saung kecil oleh papa yang gunanya untuk
tempat kami main dan berkumpul, tepatnya dekat dengan kebun anggrek. Di saung
itu, banyak teman papa yang datang hanya untuk main atau hanya sekedar pinjam
gitar untuk menghilangkan penat. Sehingga kedatangan teman-teman papahku itu
membuatku sangat tidak suka karena dulu ketika kecil aku sama sekali tidak suka
musik, apalagi musik itu berbunyi sangat keras. Seperti suara gitar, suara
radio dan suara-suara alat musik lain yang dimainkan di dekatku, aku segera
menghindar dan sesekali menyuruh orang tersebut untuk tidak memainkannya. Namun
semakin bertambah usia, aku semakin belajar untuk membiasakan diri mendengarkan
musik, khususnya alat musik seperti gitar dan suling dan hingga saat ini aku
bersyukur karena aku sudah tidak takut lagi ketika ada suara alat musik
tersebut, justru sekarang aku sangat senang mendengarkan musik. Selain itu, aku
seseorang yang tidak suka makanan yang terlalu pedas. Makanan atau minuman yang
terlalu manis pun aku tidak terlalu menyukainya, karena aku tahu kalau aku
sudah terlihat manis sehingga aku tidak perlu mengonsumsi sesuatu yang terlalu
manis. Hehehe A
Aku akan melanjutkan kembali
ceritaku.
Dulu
karena suasana lingkungan rumah yang sangat sepi, tak jarang ketika malam hari
terdengar suara-suara yang menyeramkan seperti suara wanita tertawa yang
berasal dari kebun belakang rumah sampai pernah terdengar suara orang mandi di
kamar mandi rumah. Namun suara itu seakan seperti sudah kebiasaan sehingga kami
tidak terlalu takut dengan suara-suara tersebut.
Masa
kecil memang takkan bisa terulang lagi. Waktu-waktu indah yang pernah terjadi
tidak dapat diputar kembali. Aku sangat merindukan saat-saat dimana aku dan
teman-teman di rumah bermain bersama dengan riang. Bermain masak-masakkan yang
menjadi permainan favorit kami, lompat tali, petak umpet dan permainan
tradisional lainnya yang menjadi kegiatan sehari-hari kami ketika bersama.
Namun semuanya mulai berkurang ketika kami sudah memasuki sekolah.
Pada
saat usiaku 5 tahun lebih, temanku yang usianya terpaut satu tahun diatasku
telah memasuki masa sekolah di salah satu sekolah dasar negeri. Ketika aku
mengetahuinya, aku sangat ingin sekali untuk bisa sekolah seperti temanku itu.
Tapi karena usiaku belum cukup dan aku tidak ingin masuk TK, aku hanya belajar
menulis, membaca dan menghitung di rumah yang ditemani oleh mamaku. Karena
orang tuaku melihat keinginanku untuk segera bersekolah dengan mau belajar di
rumah, akhirnya mereka mendaftarkanku di salah satu sekolah dasar negeri tempat
dimana temanku bersekolah. Sebenarnya dari pihak sekolah yang dituju belum
mengizinkanku untuk bisa menjadi salah satu siswinya karena usiaku yang belum genap
6 tahun, akan tetapi pada akhirnya aku diizinkan bisa sekolah dan menjadi salah
satu siswi di sekolah dasar tersebut. Aku sungguh senang karena aku dapat masuk
SD di usia 5 tahun, selalu masuk peringkat tiga besar dan dapat menyelesaikannya
dengan tepat waktu, yaitu selama 6 tahun J.
Masa
SMP pun datang. Aku masuk di salah satu SMP Negeri, yaitu SMPN 17 Tangerang
Selatan. Selama SMP, aku sangat senang karena mendapat teman-teman yang asyik,
seru dan membuatku tidak bosan selama berada di sekolah. Memiliki teman-teman
yang akrab memang sangat menyenangkan. Selama tiga tahun di SMP memberikan
banyak kenangan yang menyenangkan.
3
tahun kemudian....
Aku
memasuki masa SMA, dimana banyak orang bilang bahwa masa SMA adalah masa yang
paling indah. Dan akupun merasakannya. Awalnya aku sangat takut akan dunia SMA
karena aku merasa kalau waktu terasa sangat cepat dan di SMA ini pasti akan
lebih sulit dari masa-masa sekolah sebeumnya. Akan tetapi aku sangat menikmati
setiap proses yang dijalani selama tiga tahun bersekolah di SMAN 6 Tangerang
Selatan.
Awal
kelas X, aku masih menjadi sosok yang pendiam dan jarang menegur orang yang
baru kenal. Namun lambat laun aku menemukan beberapa teman akrab di kelas. Kami
ber-9, 4 laki-laki dan sisanya perempuan selalu ngobrol bersama, bercanda dan
tertawa di setiap kami berkumpul. Apalagi kalau ada tugas kelompok, kami selalu
berdiskusi bersama dengan menjajarkan meje-meja dan kursi kami seperti sebuah
meja rapat. Guru pengajar dan teman-teman di kelas yang melihat kami sangat
heran ketika melihat kami duduk melingkar seperti sedang mengadakan konferensi.
Bahkan sampai ada teman yang menyebutnya dengan konferensi meja kotak. Selama
setahun kami jalani dengan senang, sampai pada akhirnya ketika kenaikan kelas
beberapa dari kami harus berpisah karena sudah memasuki penjurusan di tingkat
yang lebih tinggi di kelas XI. Kami masuk di jurusan yang sama yaitu program
IPA, tetapi hanya saja tidak sekelas.
Di
kelas XI dan XII aku ditempatkan di kelas IPA 1, selama dua tahun
berturut-turut aku bersama teman-teman sekelas tidak berpisah lagi. Selama dua
tahun kami merasakan sukacita yang luar bisa ketika bersama, tertawa, ngobrol,
mengadakan acara kumpul di malam hari, belajar bersama dan masih banyak
kegiatan lain yang mengisahkan banyak kenangan yang sampai saat ini tidak dapat
dilupakan. Suasana kekeluargaan dan solidaritas yang kami rasakan membuat kami
ingin mengulangnya kembali. Terlebih ketika kami berada di kelas XII, dimana
pada saat itu aku memiliki banyak kenangan indah karena hubungan kami yang sudah
terlalu dekat dan memasuki zona nyaman. Banyak kelakuan teman-teman IPA 1 yang
membuatku merindukan mereka ketika
mengingatnya.
Dulu
waktu di bangku kelas XII, aku bersama teman-teman sudah mulai serius karena
kami akan menghadapi ujian nasional yang mana ujian tersebut akan menentukan
kami lulus atau tidak. Pemantapan soal-soal ujian yang kami ikuti setiap jam 6
pagi yang diadakan oleh sekolah sampai belajar bersama setiap pulang sekolah
untuk membahas soal-soal yang menjadi prediksi di dalam ujian nasional kami
lakukan. Akan tetapi, keseriusan tersebut tidak membuat kami berhenti untuk
melakukan hal-hal konyol. Seperti bermain kartu uno di kelas ketika tidak ada
jam belajar, bercanda dengan lawakan, buat video lucu dan masih banyak lagi
ha-hal yang kami buat untuk menghilangkan penat kami. Kelasku merupakan kelas
yang paling berisik diantara kelas IPA lain, bahkan di cap sebagai kelas yang
susah diatur. Namun guru-guru sangat salut dengan kelas kami karena solidaritas
dan kekeluargaan yang tinggi dari kelas yang lain. Apalagi letak kelasku berada di paling ujung dan di sampingnya
terdapat halaman yang luas dan bersih yang kami anggap sebagai tempat yang sangat
strategis untuk dijadikan tempat nongkrong anak kelas lain. Setiap istirahat
kami selalu duduk di sana untuk kumpul, ngobrol dan bahkan makan siang bersama.
Kami selalu menikmati setiap kondisi di kelas, khususnya ketika tidak ada guru
yang masuk karena berhalangan hadir. Kondisi itu kami anggap sangat
menyenangkan karena kami dapat bermain sepuasnya di luar kelas sambil
bernyanyi, canda tawa dan melakukan aktivitas seru yang lain. Seringkali kami
mendapat teguran dari guru-guru lain atas tindakan yang kami lakukan, namun teguran
tersebut kadang tak kami hiraukan. Namun dibalik kenakalan kami, banyak hal
positif yang kami lakukan seperti pada satu kejadian di waktu awal bulan
Januari dimana kami sudah mulai mengahadapi try out, kami mendapat kabar bahwa
salah satu teman kami mengalami kecelakaan. Namanya Arsyad, dia mengalami luka
parah dan terbaring koma di ruang ICU salah satu Rumah Sakit Swasta. Kami pun
berniat untuk membantu orang tuanya dengan mengumpulkan sumbangan dari setiap
kelas untuk mengurangi beban biaya dan mengadakan doa bersama agar dirinya
cepat sembuh. Sebulan kemudian, kondisi Arsyad membaik dan sudah dapat
mengikuti pelajaran meskipun tidak penuh. Daya memorinya yang mengalami
gangguan, membuat kami bekerjasama untuk membantunya mengingat kembali semua
yang pernah kami alami bersama. Dan akhirnya ingatannya pulih kembali meskipun
tidak seutuhnya.
Ujian
nasional pun tiba, perasaan deg-degan sesekali membuatku dan teman-teman merasa
pesimis akan ujian yang kami hadapi. Hasil try out yang kurang memuaskan
membuat kami semakin rajin untuk belajar dan memberikan yang terbaik. Enam mata
pelajaran yang diujikan dapat kami kerjakan dengan baik di hari pertama sampai
hari terakhir UN.
Detik-detik
pengumuman kelulusan pun tiba, akhirnya kami dapat lulus dengan hasil yang
memuaskan dan kami mulai sibuk dengan urusan kami masing-masing untuk
menentukan perguruan tinggi yang kami tuju.
Akhirnya
Aku pun lulus dan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, yaitu masuk ke dunia
perkuliahan. Aku sangat senang sekaligus takut karena aku merasa bahwa aku
semakin dewasa dan harus memberikan yang terbaik untuk kedua orang tuaku. Aku
tak menyangka kalau pada akhirnya aku masuk di jurusan Kesehatan Masyarakat.
Awalnya aku ingin sekali masuk jurusan Psikologi karena aku sangat senang
mengamati dan memperhatikan karakter dan perilaku setiap orang yang ada di
sekitarku, namun entah mengapa setelah mengerjakan satu tugas makalah tentang
Kesehatan Masyarakat ketika masih duduk di kelas XI SMA, aku menjadi tertarik
dan sangat menginginkan untuk masuk di jurusan Kesehan Masyarakat ketika kuliah
nanti. Dan akhirnya keinginanku pun terwujudkan, aku diterima di Jurusan
Kesehatan Masyarakat di salah satu Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan.
September
2013 merupakan awal ku memasuki dunia perkuliahan dan menyandang status baru
sebagai seorang mahasiswi. Mengikuti beberapa mata kuliah yang mempelajari
tentang kesehatan dan anatomi tubuh dapat ku ikuti dengan baik karena ketika
SMA aku berasal dari program IPA, sehingga aku sedikit mengetahui dan mengenal
istilah-istilah yang terdapat dalam materi perkuliahanku. Aku sangat senang
karena mendapatkan teman-teman baru dari berbagai sekolah yang berbeda watak
dan karakternya, namun memiliki satu tujuan yang sama yaitu menjadi Sarjana
Kesehatan Masyarakat dan aku bangga menjadi salah satu bagian dari organisasi
kesehatan yang memiliki misi untuk mengajak orang-orang di sekitar kami untuk
melakukan gaya hidup sehat agar terhindar dari terjadinya penyebaran penyakit
yang tidak diinginkan .
Setahun
sudah kulewati menjadi seorang mahasiswi, dan aku sangat menikmati setiap
proses yang terjadi selama kuliah. Suka dan duka bersama dengan teman-teman
yang sangat kusayangi membuat setiap hari yang kami jalani menjadi lebih
berwarna. Beberapa teman terdekat yang membuatku selalu tersenyum dan tertawa
disetiap pertemuan, setiap obrolan yang terucap, serta canda dan tawa yang
terdengar membuat kami merasa bahwa kami saling membutuhkan seperti sebuah
istilah dalam biologi yaitu simbiosis mutualisme.
Saat
ini aku duduk di semester 3, dimana pada semester ini kami sudah mulai serius
untuk setiap mata kuliah yang kami pelajari untuk bekal ketika kami praktek
nanti. Mata kuliah yang semakin menjurus ke dalam kesehatan secara menyeluruh
membuatku semakin mengerti akan pentingnya kesehatan. Baik dalam kesehatan diri
pribadi maupun kesehatan lingkungan tempat dimana kita berada. Apalagi di
semester ini ada mata kuliah Kesehatan Lingkungan yang dipelajari. Di dalam
mata kuliah tersebut, aku dapat belajar mengenal persyaratan air yang sehat,
membedakan jenis-jenis sampah dan cara mengelolanya serta masih banyak lagi.
Mata kuliah ini sangat seru dan membuatku tertarik untuk mempelajarinya. (bukan
maksudku untuk bersilat yaaa I
hehehe)
Belajar
kesehatan lingkungan mengingatkanku untuk melanjutkan cerita tentang lingkungan
di sekitarku karena tadi sebelumnya aku menceritakan cerita pribadiku C.
Back
to topic....
Bicara
tentang kesehatan lingkungan, menurutku lingkungan sekitaran rumahku masih
belum memenuhi standar lingkungan yang sehat. Sampah yang masih berserakkan
sembarangan di kebun sekitar rumah yang menjadi alasan utamanya membuat
pemandangan sudah tak indah lagi seperti dulu. Meskipun sudah dibuatkan tempat
sampah khusus, masih saja tetangga yang nakal dan kurang bertanggungjawab yang
masih membuang sampah seenaknya. Padahal mereka sudah mengetahui dampak dari
membuang sampah sembarangan dapat menyebabkan banjir dan menjadi sarang
penyebaran penyakit yang ditularkan oleh nyamuk.
Kalau
membahas tentang air yang sehat, aku bersyukur kalau air yang sering disebut
sebagai sumber kehidupan itu tidak pernah aku dan keluarga mengalami
kekurangan. Sumber air di rumahku sangat bagus dan jernih, bahkan memenuhi
syarat air yang sehat seperti tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna.
Airnya juga sangat segar apabila digunakan untuk mandi. Ketika di daerah lain
sedang mengalami kekeringan, justru rumahku menjadi tempat pengungsian mandi
saudaraku yang sedang mengalami krisis air. Mereka menumpang mandi dan meminta
air untuk diisikan ke dalam beberapa galon yang sudah disiapkan untuk
persediaan air di rumahnya. Alasan mengapa Kami tidak pernah mengalami
kekurangan air adalah karena di kebun dekat rumah banyak pohon besar yang
tumbuh sehingga resapan air yang dilakukan oleh pohon-pohon tersebut sangat
banyak dan apabila dipakai untuk kebutuhan sehari-hari dapat mengalir dengan
deras.
Suatu
kondisi yang paling kusukai adalah ketika setelah hujan turun, karena selain
ada pelangi sehabis hujan, suasana di rumah juga seperti di daerah pegunungan. Kalau
kalian ingin tahu, Rumahku bukan berada di daerah perumahan, melainkan masuk ke
dalam perkampungan yang ramah sapaan. Udara yang sangat sejuk ketika di pagi
dan malam hari membuatku betah untuk tidur dan bermalas-malasan di rumah C. Hehehe
Selain
itu, suara katak dan jangkrik yang saling bersautan menambah kesyahduan malam
yang membuatku nyaman untuk menikmatinya setiap sehabis hujan.
Membahas tentang kesehatan,
khususnya kesehatan lingkungan membuatku belajar untuk menjaga lingkungan
tempat dimanapun kuberada agar menjadi lebih baik dan sehat. Di rumah, orang
tuaku mengajarkan kami untuk selalu rapi dalam melakukan segala sesuatu,
membuang sampah pada tempatnya, membersihkan dan membereskan kembali
benda-benda yang telah dipakai, sikat gigi sebelum tidur bahkan mencuci tangan
sebelum makan dan mencuci kaki sehabis berpergian merupakan langkah kecil yang
selalu kami terapkan dalam kehidupan sehari-hari kami. Kegiatan tersebut adalah
hal sederhana yang sangat mudah dilakukan untuk menjadikan suatu kebiasaan
untuk hidup bersih.
Tidak
hanya di rumah, selama sekolah pun
aku
diajarkan untuk membuang sampah pada tempatnya. Bahkan sekarang sudah kuliah di
sekolah kesehatan seharusnya kita lebih menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Oiya,
sekarang di sekitar rumahku sudah banyak rumah lagi loh. Jadi sekarang di
lingkungan rumahku sudah tidak sepi lagi dan tidak pernah terdengar lagi
suara-suara aneh yang menakutkan.
Sekian dulu yaa ceritaku tentang
lingkungan dan sedikit cerita pribadi yang kupaparkan tadi. Mohon maaf apabila
ada kesalahan dalam penulisannya, kritik dan saran dari teman-teman pembaca
akan kuterima dengan baik. Nah, ini ceritaku.. mana ceritamu????? J
Gita Suryani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar